My Map is My Teritorry

Beberapa hari belakangan, saya menghadapi personal circumstances yang cukup menantang fleksibiltas berpikir saya. Pada saat yang sama terelintas beberapa status teman yang cukup menguatkan.

Mas Nuryanto suatu ketika nulis statusnya. “Ahli NlP diuji dgn nlp. Ahli hypnosis diuji dgn hypnosis.”

Mbak alyssa d twitter beberapa saat lalu juga nulis tentang besi yang ditempa biar bisa jadi keris.

Well. Thats my map under my circumstances. And tentunya hak saya melabel semua kejadian yang tejadi dalam hidup saya. Saya memilih label di atas.

Saya juga makin penasaran dengan map, pesepsi, subjektivitas. Apa pun namanya lah. Tapi intinya tentang keyakinan berlebihan atas kebenaran versi pribadi. One thing I learn from this is, keyakinan belebihan kadang kala tidak muncul dalam perdebatan sengit atau diskusi tanpa akhir, atau obrolan yang memancing otot leher mengencang. Namun muncul dalam suara lirih kekeras-kepalaan dan kadang dalam bisik kaum minoritas yang menanti tumbangnya kekuasaan mayoritas. Hiks.

Saya juga belajar bahwa perilaku dholim, bukan cuma hak istimewa kaum berkuasa, kaum berharta ataupun kelompok yang selama ini mendapat stereotype melakukan perilaku dholim. Perbuatan dholim juga bisa dilakukan kaum miskin, kaum minoritas, kaum yang meraa tidak punya kuasa.

Soal dholim saya akan tulis d tulisan berikutnya. Karena ternyata panjang. Hehehe.

Anyway, my map is my teritorry. And your map is your teritorry. I learn a lot from what happen these days. It gives more meanings to my map. I dont really care about others map.